Musibah Banjir Cilegon Tahun 2018 - Sejak Selasa malam tanggal 24 April 2018 hujan turun dengan cukup deras di Cilegon dan terus berlangsung hingga keesokan harinya. Antara jam 5.00 hingga jam 8.00, pada hari Rabu tanggal 25 April 2018, adalah curahan hujan terlebat, kemudian berangsur mereda sampai berhenti kira-kira pada jam 9.00.
Pada tanggal 25 April 2018 tersebut, jam 6.30 penulis berangkat dari PCI (rumah) menuju Gedung Sekretariat Serikat Karyawan Krakatau Steel. Di gerbang PCI sudah nampak tanda-tanda banjir, air telah setinggi mata kaki, kemudian semakin tinggi ketika tiba di Seneja, Ketileng, dan Simpang Tiga.
Di perempatan ADB air telah setinggi kurang lebih 20 cm karena area ini memang menjadi titik pertemuan air dari beberapa jurusan. Ketinggian air berkurang sepanjang Jl. Jenderak Sudirman yang menghubungkan antara perempatan ADB dengan Pusdiklat PT. Krakatau Steel.
Tiba di gerbang Pusdiklat PT. Krakatau Steel, pada jam 7.00, gerbang tersebut telah terendam sehingga mobil sedan tidak bisa masuk, hanya mobil-mobil sejenis kijang saja yang berani memasuki Pusdiklat, itupun dengan cukup susah-payah.
Sekitar jam 9.00, melalui WA Group, penulis mendapat kabar bahwa daerah Cibeber, Sambirata, dan PCI terkenal banjir parah. Berita tersebut disertai foto-foto dan video real-time. Di Kompleks Perumahan Gedong Damai yang berada di Kec.Cibeber, banjir sampai setinggi bahu orang dewasa.
Curah hujan yang tinggi, disertai infrastruktur kota Cilegon yang telah banyak berubah, nampaknya telah menjadi penyebab musibah banjir ini.
Di Cilegon sebelumnya memang telah ada titik-titik rawan banjir seperti Ciwandan misalnya. Di daerah Ciwandan memang rutin terjadi banjir, tetapi di PCI misalnya baru pertama kali ini mengalami dan langsung parah, terutama di area yang berbatasan dengan Cibeber.
Pada tanggal 25 April 2018 tersebut, jam 6.30 penulis berangkat dari PCI (rumah) menuju Gedung Sekretariat Serikat Karyawan Krakatau Steel. Di gerbang PCI sudah nampak tanda-tanda banjir, air telah setinggi mata kaki, kemudian semakin tinggi ketika tiba di Seneja, Ketileng, dan Simpang Tiga.
Di perempatan ADB air telah setinggi kurang lebih 20 cm karena area ini memang menjadi titik pertemuan air dari beberapa jurusan. Ketinggian air berkurang sepanjang Jl. Jenderak Sudirman yang menghubungkan antara perempatan ADB dengan Pusdiklat PT. Krakatau Steel.
Tiba di gerbang Pusdiklat PT. Krakatau Steel, pada jam 7.00, gerbang tersebut telah terendam sehingga mobil sedan tidak bisa masuk, hanya mobil-mobil sejenis kijang saja yang berani memasuki Pusdiklat, itupun dengan cukup susah-payah.
Sekitar jam 9.00, melalui WA Group, penulis mendapat kabar bahwa daerah Cibeber, Sambirata, dan PCI terkenal banjir parah. Berita tersebut disertai foto-foto dan video real-time. Di Kompleks Perumahan Gedong Damai yang berada di Kec.Cibeber, banjir sampai setinggi bahu orang dewasa.
Curah hujan yang tinggi, disertai infrastruktur kota Cilegon yang telah banyak berubah, nampaknya telah menjadi penyebab musibah banjir ini.
Di Cilegon sebelumnya memang telah ada titik-titik rawan banjir seperti Ciwandan misalnya. Di daerah Ciwandan memang rutin terjadi banjir, tetapi di PCI misalnya baru pertama kali ini mengalami dan langsung parah, terutama di area yang berbatasan dengan Cibeber.
Untuk daerah PCI yang berbatasan dengan Cibeber, saat hujan cukup besar memang biasa didapati jalan yang tergenang hingga beberapa cm, tetapi itupun akan segera surut setelah hujan berhenti, jadi tidak sempat membanjiri rumah-rumah.
Sebagai penduduk PCI, saya ingat betul bahwa dulu pada tahun 1990 pernah terjadi banjir di sini, tetapi itupun hanya menimpa area yang tidak begitu luas di blok B. Penyebabnya karena selokan besar yang tersumbat oleh sampah, sehingga ketika turun hujan cukup deras airnya meluap. Hanya sekali itu saja sampai akhirnya pada tanggal 25 April 2018 PCI kembali mengalami kebanjiran dengan cakupan yang jauh lebih luas.
Tidak ada yang bisa menggaransi tentunya, dimana banjir parah ini tidak akan terulang dalam waktu dekat. Sebagian dari kita tentu masih ingat bahwa sebelumnya, yaitu pada bulan Februari 2018, Cilegon juga terkena banjir dengan Ciwandan sebagai yang terparah.
Di Kecamatan Ciwandan, pada banjir di bulan April ini, air menggenang di sekitar jalan menuju arah Anyer setinggi lutut orang dewasa. Itu artinya telah terjadi pergeseran bahwa banjir terparah bukan lagi di Ciwandan, tapi di Cibeber.
Bila melihat histori banjir parah di Cilegon dalam cakupan yang luas, ini adalah yang pertama sejak 17 tahun terakhir. Demikianlah, pada tahun 2001 Cilegon juga sempat mengalami banjir dengan area yang luas. Daerah Ciwandan dan Gedong Damai adalah yang terparah. Tapi bila dibandingkan dengan banjir yang baru-baru ini terjadi, lebih parah yang sekarang.
Memasuki musim hujan, delapan kecamatan di Kota Cilegon memang dihantui banjir. Pada tahun 2015 Data Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon menyebutkan, terdapat sebanyak 51 titik rawan banjir di Kota Cilegon yang tersebar di seluruh kecamatan.
Daerah rawan banjir di Kecamatan Ciwandan sebanyak 14 titik, Jombang 13 titik, Citangkil 6 titik, Cibeber dan Purwakarta masing-masing 5 titik, Grogol dan Pulomerak masing-masing 3 titik, serta Cilegon 2 titik.
Pada tahun 2018 ini nampaknya titik rawan banjir di Cilegon setidak-tidaknya bertambah menjadi sekitar 55 titik atau bertambah 4 titik. Daerah kecamatan Cibeber menjadi 7 titik dari sebelumnya 5, dan kecamatan Cilegon menjadi 4 titik dari sebelumnya 2.
Sebagai penduduk PCI, saya ingat betul bahwa dulu pada tahun 1990 pernah terjadi banjir di sini, tetapi itupun hanya menimpa area yang tidak begitu luas di blok B. Penyebabnya karena selokan besar yang tersumbat oleh sampah, sehingga ketika turun hujan cukup deras airnya meluap. Hanya sekali itu saja sampai akhirnya pada tanggal 25 April 2018 PCI kembali mengalami kebanjiran dengan cakupan yang jauh lebih luas.
Tidak ada yang bisa menggaransi tentunya, dimana banjir parah ini tidak akan terulang dalam waktu dekat. Sebagian dari kita tentu masih ingat bahwa sebelumnya, yaitu pada bulan Februari 2018, Cilegon juga terkena banjir dengan Ciwandan sebagai yang terparah.
Di Kecamatan Ciwandan, pada banjir di bulan April ini, air menggenang di sekitar jalan menuju arah Anyer setinggi lutut orang dewasa. Itu artinya telah terjadi pergeseran bahwa banjir terparah bukan lagi di Ciwandan, tapi di Cibeber.
Bila melihat histori banjir parah di Cilegon dalam cakupan yang luas, ini adalah yang pertama sejak 17 tahun terakhir. Demikianlah, pada tahun 2001 Cilegon juga sempat mengalami banjir dengan area yang luas. Daerah Ciwandan dan Gedong Damai adalah yang terparah. Tapi bila dibandingkan dengan banjir yang baru-baru ini terjadi, lebih parah yang sekarang.
Titik Rawan Banjir Di Cilegon
Memasuki musim hujan, delapan kecamatan di Kota Cilegon memang dihantui banjir. Pada tahun 2015 Data Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon menyebutkan, terdapat sebanyak 51 titik rawan banjir di Kota Cilegon yang tersebar di seluruh kecamatan.
Daerah rawan banjir di Kecamatan Ciwandan sebanyak 14 titik, Jombang 13 titik, Citangkil 6 titik, Cibeber dan Purwakarta masing-masing 5 titik, Grogol dan Pulomerak masing-masing 3 titik, serta Cilegon 2 titik.
Pada tahun 2018 ini nampaknya titik rawan banjir di Cilegon setidak-tidaknya bertambah menjadi sekitar 55 titik atau bertambah 4 titik. Daerah kecamatan Cibeber menjadi 7 titik dari sebelumnya 5, dan kecamatan Cilegon menjadi 4 titik dari sebelumnya 2.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Musibah Banjir Cilegon Tahun 2018, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.