Artikel ini khusus membahas mengenai proses mumifikasi pada firáun dan keluarganya. Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa tidak semua segmen masyarakat Mesir Kuno ketika itu menerapkan teknik mumifikasi yang high grade. Hanya pada firáun, keluarganya, para bangsawan, dan kaum kaya-raya saja yang bisa diterapkan.
Pada masyarakat rendahan, bisa jadi ada proses mumifikasi pula, tapi low grade.
Teknik Mumifikasi
Mula-mula mayat dibawa ke suatu wahana berbentuk tenda yang dikenal sebagai 'ibu' atau 'tempat penyucian'. Pembalsem, atau petugas yang membalsem, mencuci mayat dengan sejenis tuak atau arak. Kemudian membilasnya dengan air dari sungai Nil.Proses pembalseman dilakukan oleh grup atau tim, jadi tidak sendirian.
Selanjutnya sisi kiri mayat dibedah untuk mengeluarkan sejumlah organ internal. Hal ini dilakukan karena organ-organ internal inilah yang paling mudah membusuk.
Hati, paru-paru , perut dan usus dicuci dan dikemas dalam natron yang akan mengeringkan organ-organ tersebut saat telah berada di luar tubuh. Jantung tidak dibawa keluar dari tubuh karena merupakan pusat kecerdasan, perasaan, dan akan dibutuhkan di akhirat.
Sebuah kail panjang digunakan untuk menghancurkan otak dan menariknya keluar melalui hidung.
Mayat diisi dengan natron yang akan mengeringkannya, kemudian diselimuti sehingga tertutup rapat. Semua cairan, dan kain dari proses pembalseman akan disimpan dan dikubur bersama mayat tersebut nantinya.
Setelah empat puluh hari tubuh dicuci lagi dengan air dari sungai Nil . Kemudian ditutupi dengan minyak untuk membantu kulit tetap elastis.
Organ-organ internal yang telah mengering tadi dibungkus kain dan dikembalikan ke dalam tubuh mayat. Selanjutnya mayat diisi oleh bahan kering seperti serbuk gergaji , daun dan linen sehingga tampak hidup.
Terakhir tubuh diusapi lagi dengan minyak berbau harum dan siap untuk dibungkus kain.
Teknik pembalseman atau mumifikasi ini mengalami perubahan dari waktu ke waktu pada jaman itu. Teknik sebelumnya adalah ketika organ internal telah dikeluarkan dari mayat, mereka ditempatkan dalam stoples kanopik berongga.
Kemudian ada perbaikan teknik dimana organ-organ internal tersebut dikembalikan ke dalam tubuh mayat setelah proses pengeringan. Namun peti kayu atau batu kanopik guci tetap disertakan dikubur dengan mumi untuk simbolisasi perlindungan pada organ-organ internal.
Pada artikel selanjutnya kita akan membahas tentang teknik membungkus mumi dengan kain.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Proses Mumifikasi Firáun dan Keluarganya Pada Jaman Mesir Kuno, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.