Pengadilan
terhadap Jessica Kumala Wongso telah memasuki siding ke-14, masyarakat
menanggapinya secara beragam. Maksudnya adalah masyarakat yang intens mengikuti.
Ragam
tanggapan pertama adalah yang nampak geregetan, seolah-olah mereka jengkel
dengan siding yang berkepanjangan. Mereka ingin segera mengetahui hasil
akhirnya, atau tepatnya ingin mendapat kabar Jessica dihukum. Apapun bentuk
hukumannya.
Ragam
tanggapan yang kedua adalah mereka yang tenang, yaitu mengikuti persidangan
dengan sabar mengikuti seluruh prosesnya. Timbul pertanyaan, mengapa siding ini
menjadi sedemikian panjang? Jawabannya adalah karena kasus ini unik.
Seorang
pakar Semiotika, Acep Iwan Saidi, berpendapat bahwa persidangan Jessica Kumala
Wongso sudah lebih dari sekedar peristiwa kriminal, tetapi telah menjadi
peristiwa kebudayaan.
Kita tentu
telah memahami bahwa sebuah stasiun televise terbiasa melempar suatu program
acara ke public dan mengevaluasinya setelah beberapa waktu. Bila rating acara tersebut tinggi, maka akan
dipertahankan. Demikian pula bila sebaliknya. Dari sini kita bias mengambil
kesimpulan bahwa penayangan persidangan Jessica memiliki rating yang bagus.
Keunikan
kasus Jessica inilah yang menyebabkan bergesernya bentuk dari sekedar peristiwa
kriminal menjadi peristiwa kebudayaan. Sekaligus keunikan ini pula yang
menyebabkan rating penayangannya tinggi.
Lalu apa
sajakah keunikan dari persidangan Jessica? Berikut Kontakmedia menyuguhkannya
untuk anda.
Keunikan Pertama
Kasus ini
unik karena isunya terpusat pada wanita, yaitu Mirna sebagai korban dan Jessica
sebagai terdakwa pelaku. Kami nyatakan sebagai terdakwa sesuatu dengan status
hokum Jessica saat ini.
Romantisme
yang menyangkut wanita selalu menarik atau lebih menarik disbanding pria. Hal
ini karena wanita hampir senantiasa diidentikkan dengan kelembutan dan sifatnya
yang cenderung menghindari konflik atau kekerasan. Ini tinjauan umum karena
secara fakta kitapun bias menemukan wanita yang memiliki sifat keras sekaligus
kasar.
Keunikan Kedua
Bila
dilihat kadar kengeriannya, kasus Jessica jauh di bawah kasus Ryan si Jagal
Jombang ataupun kasus Angeline. Tapi mengapa gaungnya menjadi sedemikian kuat?
Bisa jadi karena terjadi di Jakarta dan di tempat yang strategis. Terjadi pada
segmen masyarakat kelas menengah ke atas yang tentu saja memiliki daya tarik
tinggi.
Keunikan Ketiga
Peran Edy
Darmawan Salihin bisa pula dimasukkan pada keunikan. Ia dengan segala eksistensi
dan kapasitasnya mampu mewarnai proses pengadilan tanpa intervensi. Jujur,
penulis menaruh rasa kagum kepadanya.
Sikap dan
komentar-komentar Edy Darmawan Salihin nampak alami sebagai seorang ayah yang
kehilangan anaknya. Lebih jauh nampak bahwa Edy memiliki militansi dan
totalitas yang hebat.
Dulihat
dari gesturnya, sepenilaian penulis, Edy darmawan Salihin adalah seseorang yang
friendly dan tidak jaim dalam kapasitasnya sebagai pengusaha. Ia bisa tampil
nyaman dengan berbagai kalangan.
Keunikan Keempat
Sososk
Jessica adalah keunikan lainnya. Perempuan yang tergolong masih muda untuk
ukuran jaman sekarang, mampu tampil sebagai sosok penuh teka-teki sekaligus
transparan.
Sebagian
masyarakat tentu setuju bahwa Jessica mengemas sejumlah kebohongan. Pengakuan
demi pengakuannya seringkali berbeda dengan yang ditampilkan oleh hasil rekaman
CCTV. Entahlah apakah kebohongan demi kebohongan Jessica ini murni dating dari
kehendak pribadinya atau dikemudi oleh pihak lain, misalnya pengacara atau
penasihat hukum.
Tidak
berlebihan bila ada yang mempertanyakan apakah kebohongan demi kebohongan
Jessica disetir oleh pengacara? Hal ini berkaitan dengan adanya kesadaran dari
Jessica bahwa dirinya sebagai terdakwa memiliki hak ingkar. Siapa yang
menasihati Jessica tentang hak ingkar tersebut?
Penulis
sendiri tidak ingin memiliki pretensi buruk terhadap para penasihat hokum
Jessica. Penulis anggap bahwa kebohongan demi kebohongan Jessica adalah murni
berasal dari itikad dirinya.
Bila ketenangan yang menjadi ciri Jessica, maka pada kasus Bom Bali para terdakwanya justru nampak jauh lebih tenang.
Bila ketenangan yang menjadi ciri Jessica, maka pada kasus Bom Bali para terdakwanya justru nampak jauh lebih tenang.
Keunikan Kelima
Keunikan
kelima adalah pada kasusnya, dan ini tentu saja isunya masih tersentral pada
Jessica. Anggap saja bahwa benar dialah yang meracuni Mirna.
Bisa
dinilai unik karena Jessica bersikap sangat hati-hati sekaligus sangat ceroboh.
Dia bersikap sangat cerdas sekaligus sangat bodoh, untuk kegiatannya meracuni
Mirna. Dapat dikatakan bahwa perencanaannya sangat matang di permukaan tetapi
mentah pada kedalamannya.
Jessica
sangat cerdas ketika beraksi menutupi dirinya dari rekaman CCTV, terutama
dengan tiga paper bag-nya. Tapi sekaligus sangat bodoh karena beraksi di tempat
yang ada CCTV-nya. Disebut bodoh karena CCTV tetap mampu merekamnya sehingga
potongan demi potongan puzzle tetap bisa disusun. Hanya kegiatan yang tertutup
paper bag itulah yang luput dari rekaman CCTV, selebihnya terekam.
Karena masih terekam oleh CCTV, maka sangat sulit bagi Jessica untuk benar-benar lepas dari jerat hukum.
Karena masih terekam oleh CCTV, maka sangat sulit bagi Jessica untuk benar-benar lepas dari jerat hukum.
Selanjutnya : Moment Yang Mengundang Senyum Simpul Pada Persidangan Jessica
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Keunikan demi Keunikan Kasus Jessica Kumala Wongso, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.