Seseorang akan terhibur apabila yang ada di dalam jiwanya
terekspresikan. Seorang ibu misalnya, akan terhibur mungkin dengan beberapa
baris status sederhana seperti : "Hari ini saya masak sayur asam. Wah,
sayur asam koq asin ya. Hehehe."
Atau seorang remaja yang sedang memiliki masalah asmara. Dia
akan terhibur, walau dalam kadar kecil, setelah menulis status seperti ini :
"Kapan ya aku bisa bahagia seperti pacar Irfan Bachdim ?"
Kemudian seorang ilmuwan atau intelektual. Ia akan terhibur
setelah menulis status atau catatan-catatan yang berkenaan dengan kegiatannya.
Misalnya : "Wah senang sekali, peserta seminar tadi menghujani saya dengan
pertanyaan yang sulit-sulit. Syukurlah, waktu seminar hanya dua jam."
Para pengeluh setidaknya bisa berkurang kegundahannya
setelah mencurahkan keluhan lewat status seperti ini misalnya : "Kapan ya
gw bahagia seperti Tukul. Rasanya hidup ini susah banget...."
Dan masih banyak yang lain seperti ekspresi jiwa para ustadz
hingga ekspresi jiwa mereka yang senantiasa haus pada sex. Indikasinya mudah
saja, bukan ? Nyerempet, nyerempet, dan nyerempet.
Demikianlah, tak dapat dipungkiri bahwa Facebook telah mampu
menghibur lebih kurang setengah milyar manusia di muka bumi ini, termasuk saya
dan anda. Tipikal manusia macam apapun mampu dihiburnya kecuali mereka yang tak
punya akun atau tak pernah membuka Facebook. Tata caranya amat mudah. Klik sini
klik sana, ketik ini ketik itu, selesai.
Maaf pak ustadz, saya jadi anda sebentar saja. Di Al Quran
tertulis :
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. An Nasyr: 5)
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An
Nasyr: 6)
Kedua ayat ini sangat universal sehingga saya yang orang
teknikpun bisa mengambil ibrah atau tamsil. Begini cerita ringkasnya :
Ibu-ibu pasti merasakan betapa mudahnya menghaluskan bumbu
masak menggunakan blender. Kemudian merasakan betapa mudahnya membuka komputer,
atau notebook, dan ber-Facebook ria. Mudah, mudah, dan mudah. Tapi tahukah anda
bahwa daleman dari blender itu cukup rumit. Komputer makin rumit. Dan infra
struktur Facebook jauh lebih rumit lagi. Merancang sesuatu yang rumit demi
menghasilkan suatu kemudahan itu sangat tidak mudah. Sulit, sulit, dan sulit.
Dibalik kemudahan anda mengakses Facebook ada tingkat
kerumitan seperti ini :
Data Center Knowledge baru-baru ini melansir artikel yang
mendeskripsikan arsitektur Facebook. Beberapa ringkasan poin penting:
Data center
- 9+ data center di Amerika
- sedang membangun sendiri datacenter pertama dari nol
- power listrik 2.25 - 6MW per datacenter
- space antara 900-3150 m2 per datacenter
- harga sewa datacenter lebih ditentukan kapasitas power ketimbang space (karena parameter power listrik lebih utama)
- 20-50 staf per datacenter (sekitar 1 staf per 1 juta user)
Server
- 10 ribu server (2008)
- 30 ribu server (2009)
- 60 ribu server (Jun 2010)
- diperkirakan mencapai 100rb sebelum akhir 2010
- prosesor: dulu Xeon/Opteron, kini mulai menggunakan prosesor ARM multicore yang rendah power
Software
- PHP5 + akselerator (dikonvert ke C++)
- MySQL cluster (ribuan-puluhan ribu server per kluster)
- memcached
- database Cassandra
Biaya
$50jt/th untuk biaya sewa datacenter
$180-$250jt untuk proyek datacenter yang dibangun sendiri
belum termasuk biaya beli hardware
Sebagai perbandingan, Google mengeluarkan $2,3milyar/tahun
untuk datacenter (2008). Microsoft $500jt/datacenter baru.
Jujur, saya tercengang melihat angka-angka itu. Untuk menghibur kita, Facebook menggunakan ini :
Jujur, saya tercengang melihat angka-angka itu. Untuk menghibur kita, Facebook menggunakan ini :
- PHP5 + akselerator (dikonvert ke C++)
- MySQL cluster (ribuan-puluhan ribu server per kluster)
- memcached
- database Cassandra
Nah PHP dan MySQL itu bagi sebagian remaja kita bukan
sesuatu yang sulit. Banyak remaja memiliki website sendiri yang bagus-bagus
menggunakan PHP dan MySQL. Saya sangat yakin, banyak programmer kita yang mampu
membuat web aplikasi seperti Facebook tapi masalahnya bukan itu. Masalahnya
adalah mampukah menyediakan infra struktur raksasa seperti yang saya kutip di
atas ?
Infra struktur sebesar itupun tak akan jalan bila tidak disokong
leadership yang kuat dan otak yang brilyan. Pada sisi ini kita harus mengakui
kelemahan dan tak lagi perlu berteriak terlampau kencang. Kita, Indonesia.
Dibalik kesulitan ada kemudahan, tapi kita umumnya sumringah
saat disodori kemudahan dan tak mau terlibat dalam hal-hal yang sulit untuk
melahirkan kemudahan tersebut. Kita, Indonesia.
Selanjutnya : Mari Memandang Wahana Sosial Media Secara lebih Proporsional
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Ada Apa di Balik Kemudahan Menggunakan Facebook?, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.