Di dunia ini manusia tidak lahir dengan sendirinya, ada Tuhan
sebagai kreatornya. Dan bagi umat muslim, Tuhan itu adalah Allah. Dialah yang
menjadi sumber dari segala sumber, Dia pula yang menjadi muara dari segala
muara.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah :
30)
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya,sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (As-Syam 91:8-10)
Jadi sangatlah jelas bahwa :
- Malaikat telah mengetahui bahwa manusia adalah makhluk yang senang melakukan tindak kekerasan. Wujud konkritnya bahkan hingga menumpahkan darah sesamanya
- Bahwa yang menginspirasi manusia untuk melakukan tindak kekerasan adalah dari ilham kefasikan yang diberikan oleh Allah.
- Allah memberikan dua pilihan pada manusia, yakni berbuat fasik atau tidak.
Bila sampai hari ini kita melihat bahwa dimana-mana manusia
melakukan tindak kekerasan, maka itu menunjukkan bahwa kehendak Allah telah
berjalan dengan sempurna. Karena ternyata ada sedemikian banyak manusia yang
memilih jalan kefasikan. Di samping ada juga yang melaksanakan jalan ketakwaan.
Tanpa memandang menganut agama apa dan dari mana seseorang
berasal, mereka memiliki persamaan, yakni berpotensi melakukan tindak
kekerasan. Apapun bentuknya.
Kisah pembunuhan Habil oleh Qabil membuktikan bahwa tindak
kekerasan secara dominan datang dari dalam diri manusia, bukan karena
semata-mata ada provokasi atau contoh dari pihak lain. Dengan demikian andaipun
di Indonesia tidak ada tontonan-tontonan tentang praktek kekerasan, maka tetap
saja yang melakukannya akan ada, atau bahkan banyak.
Tontonan-tontonan tentang kekerasan melalui film, berita,
dan sebagainya tidak dapat dipungkiri memberikan andil yang memicu tumbuh
suburnya karakter buruk. Tentu sangat perlu untuk dibenahi, atau bila perlu
dihapus. Sebab tanpa pemicu saja tindak kekerasan bisa sedemikian merebak,
apalagi jika dipicu.
Ketika kita berseru, “Stop Kekerasan!” artinya kita sedang
menyerukan, “Mari mengambil jalan ketaqwaan!”
Selanjutnya : Mengapa Sebagian Manusia harus berperang?
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Tindak Kekerasan, Dari Manakah Praktek Itu Berasal?, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.