Ghatotkach (Gatotkaca) adalah nama yang diberikan oleh Bima
pada putranya. Arti Gatotkaca adalah tempayan, atau bila disifatkan dalam
bahasa Sunda disebut "buleneng". Dalam bahasa Indonesia sifat
tempayan adalah plontos sekaligus klimis.
Ketidakpahaman para seniman kita tentang arti nama ini telah
menyebabkan tokoh Gatotkaca versi Indonesia menjadi berambut gondrong, berkumis
tebal, bercambang lebat, dan berjanggut subur.
Di India sendiri ada saja yang menampilkan Gatotkaca
gondrong, tapi itu bukan mainstream.
Becermin pada kasus di atas, bisa jadi ada sedemikian banyak
kesalahkaprahan bangsa kita dalam hal memahami agama dan budaya. Penyebabnya
hanya gara-gara tidak paham akan makna atau definisi pada
terminologi-terminologinya.
Lalu bagaimana dengan aku? Ah sama saja dengan kalian koq.
Kesadaran bahwa ada kesalahkaprahan telah membuat sebagian
seniman kita memberikan nama baru. Misalnya saja Purabaya atau Tetuka.
Menurut saya justru langkah inilah yang tepat, yaitu
memberikan nama baru. Daripada sekedar menganggap tidak ada masalah.
Soal pangsa pasar jelas mereka yang lebih kreatif dibanding
kita. Ini fakta yang tidak dapat dibantah : Film Mahabharata versi India laris
manis di Indonesia, sebaliknya wayang Indonesia jangankan laku di India, di
dalam negeri saja sudah megap-megap.
Inti tulisan saya hanya mengajak pada sebuah kesadaran bahwa
ada sedemikian banyak kemungkinan salah-kaprah yang kita lakukan.
Dari kemungkinan banyak melakukan salah-kaprah itu lalu kita
introspeksi diri agar lebih baik.
Itu saja sebenarnya. Dan soal nama Gatotkaca, yang diangkat pada tulisan saya di atas, itu hanya salah-satu contoh kasus. Adapun kesalahkaprahan bisa terjadi pada bidang apapun, bukan hanya untuk nama tokoh Hindi yang jadi wayang.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Salah Kaprah Bisa Terjadi Pada Bidang Apapun, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.