Sebagai seorang senapati yang malang-melintang di berbagai
palagan, Mpu Nala telah terbiasa melihat para dedengkot prajurit melontarkan
aji Lebur Saketi untuk menghancurkan musuh. Namun kali ini ia nyaris melongo
karena keheranan bercampur takjub.
Dari arah kapal besar itu tiba-tiba saja terdengar ledakan
demi ledakan, beruntun. Dan bola-bola sebesar kelapa melesat dengan kecepatan
sangat tinggi menghujani pasukan Sadeng.
Beberapa pimpinan pasukan Sadeng berkanuragan tinggi memang
mampu menghindar dari hantaman bola-bola itu, namun para prajurit biasa
langsung bergelimpangan.
"Itu hasil lontaran dari senjata yang bernama meriam,
kakang. Jangkauannya bahkan lebih jauh dari aji Lebur Saketi. Dan seorang
prajurit biasapun akan mampu melakukannya!" Raden Janaka, atau
Aditiawarman menjelaskan. Sementara Mpu Nala masih diam terkagum-kagum.
"Jika terus dikembangkan, hasilnya sungguh tidak dapat
aku bayangkan. Untuk menghancurkan sebuah kotaraja mungkin hanya dibutuhkan
satu atau dua bola saja. Hebat!" Gajah Mada menimpali.
"Sungguh. Aji Tameng Waja, Lembu Sekilan, bahkan aji
Brajamusti sekalipun tidak akan mampu menahan kedahsyatan senjata bernama
meriam itu. Hanya ketika menggunakan aji Halimunan dan Saepi Angin yang mungkin
bisa menghindarinya." Wikramawardana ikut mengomentari.
Beratus tahun sejak saat itu, Nagasaki dan Hiroshima
luluh-lantak. Bukan oleh aji Kilat Bajra milik Gajah Mada, Guntur Sewu milik
Mpu Nala, atau Lebur Saketi milik Aditiawarman. Tetapi oleh bom atom.
Selanjutnya : Gajah Mada dan Analisa Asal-Usulnya
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Dari Ajian Lebur Saketi Hingga Bom Atom, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.