Kita tentu mengenal berbagai peralatan yang terbuat dari
besi seperti cangkul, golok, linggis, palu, dan sebangsanya. Dan itu dianggap
produk biasa. Maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas yang lebih
greget, yaitu keris Mpu Gandring.
Empu Gandring adalah seorang ahli pandai besi baja pembuat
keris senjata pusaka kerajaan Singhasari yang terkenal.
Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam
riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang.
Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit
kerajaan Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, yakni Ken Arok.
Menyandang sebilah keris sakti pada masa itu mungkin tidak
ubahnya dengan memegang pistol kaliber 45 pada jaman sekarang
Sejarah Kerajaan Singhasari yang didirikan tahun 1222 harus
berakhir tahun 1292 atau hanya mampu bertahan selama 70 tahun. Tetapi
perjalanan sejarahnya diwarnai dengan pertumpahan darah dan saling bunuh antar
saudara. Termasuk di antaranya semangat ekspansi dalam rangka memperluas daerah
kekuasaan. Dalam konteks ini kita mengenal ekspedisi Pamalayu.
Teknologi logam memang sudah lama berkembang sejak awal
Masehi di Nusantara. Para mpu sudah mengenal berbagai kualitas kekerasan logam.
Keris memiliki teknologi penempaan besi yang luar biasa untuk ukuran masyarakat
di masa lampau. Keris dibuat dengan teknik penempaan, bukan dicor.
Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk mencari
kemurniaan besi, yang mana pada waktu itu bahan-bahan besi masih komposit
dengan materi-materi alam lainnya. Keris yang mulanya dari lembaran besi yang
dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya akan tetap
senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit. Perkembangannya
teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan Aji ( Tosan
= besi, Aji = berharga).
Pemilihan batu meteorit yang mengandung unsur titanium
sebagai bahan keris, juga merupakan penemuan nenek moyang kita yang
mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris
karena sifatnya ringan namun sangat kuat.
Kesulitan terbesar dalam membuat keris dari bahan titanium
adalah titik leburnya yang mencapai 1668 derajat celcius, jauh dari titik lebur
besi, baja atau nikel yang berkisar 1455 derajat celcius. Titanium ternyata
memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur
titanium itu keras, kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.
Entah dengan cara apa para mpu di masa lampau mampu
menghadirkan sumber panas hingga 1668 derajat Celcius. Dan keris-keris yang
dibuat dari besi yang dicampur titanium tentulah sangat berbeda kualitasnya
jika dibandingkan yang berbahan dasar besi semata. Namun demikian keris
tetaplah keris. Yang berbahan dasar besipun tetap saja berbahaya. Terlebih bila
dibubuhi racun warangan.
Untuk pesanan khusus, bahkan bukan tidak mungkin ada
keris-keris yang terbuat dari titanium murni, bukan lagi dari besi yang
dicampur titanium. Dan upaya mengumpulkan titanium tentu tidak mudah karena
harus melakukan sejumlah proses pelepasan dari batu meteorit yang menjadi
pembawanya.
Karena keris berbahan titanium murni adalah sesuatu yang
eksklusif, maka produksi massal keris tetaplah menggunakan besi sebagai bahan
dasarnya.
Unsur logam titanium baru ditemukan sebagai unsur logam
mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya melebihi baja
namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban modern sekarang, titanium
dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung pesawat angkasa luar, serta
ujung roket dan peluru kendali antar benua.
Kembali kepada Mpu Gandring. Ia tewas terkena keris
buatannya sendiri. Namun ia sempat mengutuk kelak keris tersebut akan merenggut
nyawa tujuh keturunan Ken Arok, termasuk Ken Arok sendiri.
Ken Arok kembali ke Tumapel untuk membunuh dan merebut
kedudukan Tunggul Ametung. Rekan kerjanya yang bernama Kebo Hijo dijadikan
kambing hitam segera dihukum mati menggunakan keris yang sama. Ken Arok sendiri
akhirnya tewas oleh Anusapati putra Tunggul Ametung.
Pengarang Pararaton mengisahkan adanya pembunuhan susul
menyusul sejak Tunggul Ametung yang beberapa di antaranya terkena keris buatan
Mpu Gandring. Mereka yang tewas terkena keris pusaka tersebut adalah Mpu
Gandring, Tunggul Ametung, Kebo Hijo, Ken Arok, pembantu Anusapati, dan
terakhir Anusapati sendiri. Sedangkan Tohjaya dikisahkan mati terkena tusukan
tombak.
Selanjutnya : Kisah Pedang Tertajam dan Terkeras di Dunia
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Bangsa Nusantara dan Pengolahan Besi, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.