Dengan usia yang tidak lagi muda, meskipun
aku belum pantas dipanggil kakek, maka pilihan hidup bagiku tidak lagi banyak.
Aku dan teman-teman harus fokus kepada satu hal, yakni melepaskan diri dari
belitan penjajahan ekonomi asing.
Belitan penjajahan ekonomi asing itu mutlak
perlu dilakukan untuk warisan kepada generasi di masa yang akan datang, bukan
sekedar agar bisa bertemu sesuap nasi esok hari.
Permasalahan ini telah menjadi permasalahan
umum bangsa Indonesia, dengan demikian pendekatan secara etnik akan sangat
kontra produktif. Aku harus berbicara dengan kaidah-kaidah global agar etnik
manapun bisa menerima.
Sekalipun aku menggunakan kaidah-kaidah
global, mereka tidak lupa kacang pada kulitnya. Mereka tetap ingat dan mengakui
bahwa ketika yang lain masih meraba-raba, kami yang etnik Sunda telah bergerak
lebih dulu menancapkan pondasi organisasi. Setelah itu yang lain berebutan
muncul.
Aku jadi orang Sunda karena takdir, bukan
karena usaha. Kalau pada akhirna di pengembaraan ini bisa kompak dengan sesama
Sunda maka itu bukan karena sentimen kesukuan. Tapi karena faktor histori dan
kesamaan visi.
Di usia yang tidak lagi muda, belajar dan
terus belajar menjadi manusia berguna bagiku jauh lebih penting dibanding
mendapat predikat nyunda.
Aku tidak akan "owel" bila tidak
mendapat predikat nyunda. Justru sebaliknya aku akan merasa rugi bila tidak
pernah belajar dan berusaha jadi manusia yang berguna. Dan hingga saat ini aku
merasa belum jadi manusia berguna seutuhnya.
Di tempat ini, para etnik lain, banyak dari
mereka yang memanggilku dengan sebutan "Kang" atau "Aa",
bukan bapak, mas, antum, anta, dsb. Ini menandakan bahwa mereka mengakui
eksistensi etnikku. Dan ketika mereka bersikap rendah hati mau mengakui, maka
balasan dariku kepada mereka adalah kasih-sayang.
Aku sangat menyayangi kalian apapun
etniknya wahai sahabat-sahabatku. Dan biarlah kita bersatu dalam kekinian
dengan sama-sama mengusung bendera Indonesia Raya.
Ratusan kilometer dari tempatku mengalami
insomnia ini, pasti ada sesama etnikku di lembur kuring yang sedang berjuang
secara lokal. Semoga kalianpun sukses di lembur kuring sana. Toh tujuan kita
sama. Hanya caranya saja yang berbeda.
* Salam metal dari kota baja.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Pendekatan Etnik Yang Bisa Kontra Produktif, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.