Perkembangan internet telah membawa era baru pada berbagai
sisi kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam hal penayangan iklan. Sudah
tidak berbilang contoh iklan yang ada di belantara maya internet. Dengan
beragam penawarannya. Mulai dari barang konsumsi bahkan hingga pemilihan kepada
daerah serta kepala negara.
Banyak pihak yang berasumsi bahwa kehadiran internet menjadi
ancaman serius bagi para penayang iklan offline, tapi asumsi ini tidak
terbukti. Internet lahir dan berkembang terbukti tidak menjadi kompetitor tapi
sebagai alternatif atau pengaya media. Bahkan dalam banyak kasus, publikasi
iklan melalui internet masih kalah gaungnya dibanding penayangan iklan melalui
media televisi.
Ada sejumlah hal yang menjadi kendala bagi para penayang dan
atau calon penayang iklan di internet. Penulis mencontohkan iklan-iklan yang
ditayangkan oleh web dan blog. Di antara kedala-kendala tersebut adalah :
Masalah trafik kunjungan ke sebuah web atau blog
Tinggi rendahnya trafik ke sebuah web atau blog adalah
berbanding lurus dengan potensi kesuksekan sang penayang. Bagi yang bertrafik
rendah, jangankan bisa sukses sebagai penayang, untuk bisa menjadi penayang
saja tidak diterima. Contoh paling konkrit adalah berkaitan dengan Google
Adsense.
Google Adsense memiliki persyaratan yang ketat sekaligus
komplit dalam hal menyeleksi para calon penayangnya. Dan salah-satunya adalah
dari sisi trafik. Bukan sembarang trafik pula tapi mutlak ditekankan pada
trafik organik. Selain trafik ada sejumlah persyaratan lain yang menyangkut
kualitas tampilan, kualitas konten, serta legalitas konten.
Demikianlah adanya, sedemikian banyak persyaratan yang
dibuat oleh Google Adsense semuanya bermuara kepada empat parameter tadi yaitu
kualitas konten, legalitas konten, kualitas tampilan, serta kuantitas trafik
organik.
Berkenaan dengan trafik organik memang bisa diperoleh secara
instan dengan membayar. Salah-satunya adalah membayar ke Google sendiri sebagai
pemilik layanan AdWords. Dengan atribut instan maka perolehan trafik organiknya
tidak akan permanen. Ia hanya hadir selama layanan tersebut dipakai. Akhirnya
alih-alih ingin memperoleh penghasilan dari beriklan eh malah terjerembab
kepada pengeluaran demi sebuah potensi. Transaksional sekali ya, hehehe.
Oh ya, beberapa kali saya menulis kata potensi yang artinya
peluang, bukan kepastian. Pada kenyataannya yang disebut peluang itu, sekalipun
ia dimanfaatkan, maka kemungkinan gagal tetap ada. Dengan demikian andaipun
sebuah blog telah memiliki trafik organik yang tinggi, entah dengan cara alami
atau membeli, maka tidak otomatis sukses meraih penghasilan.
Masalah Pengunjung Yang Phobia
Beragam sifat pengunjung dalam menyikapi tayangan iklan di
internet. Ragam pertama adalah mereka yang toleran dan permisif. Bahkan pada
iklan-iklan yang sangat mengganggu sekalupun seperti jenis pop-up.
Ragam kedua adalah pengunjung yang tidak suka pada iklan
jenis tertentu saja, misalnya pada iklan jenis pop-up tadi. Atau pada jenis
iklan non pop-up yang menampilkan konten-konten berbau seksual dan perjudian.
Ragam ketiga adalah yang tidak menyukai jenis iklan apapun
Pengunjung yang seperti ini mungkin sedikit tapi ada.
Dari ketiga ragam tersebut sangat mudah ditemukan
persamaannya. Persamaan tersebut adalah mereka sama-sama phobia. Dan sifat
phobia ini sebenarnya terdorong oleh sifat alami kebanyakan manusia, yaitu
kikir atau pelit. Bahkan dalam puncaknya bukan lagi sekedar pelit tapi khawatir
atau tidak suka jika sang penayang memperoleh hasil finansial dari iklan yang
ditayangkannya.
Sangat banyak contoh iklan yang ditayangkan di web atau blog
bertrafik tinggi tapi minim sekali menghasilkan revenue. Penyebabnya tadi itu,
kebanyak dari pengunjungnya kikir. Mereka senang pada artikel-artikel atau
tulisan-tulisan pada suatu blog tetapi enggan memberikan apresiasi, pengertian,
atau donasi untuk si penulis.
Ya, dalam konteks umum meng-klik suatu iklan di web atau
blog bisa dianggap donasi. Donasi yang seharusnya mudah dilakukan dengan
keringanan hati oleh pengunjung. Bagaimana tidak ringan, uang donasinya
tersebut kan bukan berasal dari saku dia tapi berasal dari advertiser. Bila
sekedar meng-klik iklan saja sudah pelit, apalagi jika harus merogoh kocek
sendiri untuk memberikan donasi. Mimpi kali yeee! Hehehe.
Begitulah faktanya, mungkin terjadi pada sebagian besar
pengunjung. Mereka senang membaca-baca postingan pada web atau blog, dan hingga
mengambil manfaatnya, tapi enggan memberikan apresiasi pada penulisnya. Maka
dari fakta ini banyaklah contoh iklan online yang gagal.
Tidak Semua Gagal
Tentu saja tidak semua penayang iklan mendapati kegagalan,
yang sukses juga cukup banyak. Di sinilah faktorx berbicara, yaitu ketentuan
dari Allah Swt. Sangat mudah bagi-Nya bila Dia menghendaki seseorang mendapat
rejeki dari usahanya sebagai penayang iklan. Kenyataan seperti ini tentu saja
akan diyakini oleh yang beriman kepada-Nya.
Manusia hanya diberi kekuatan untuk berusaha semaksimal
mungkin, adapun hasilnya Dia yang menentukan.
Demikianlah yang dapat saya sajikan, dan dalam pembahasan
artikel yang berjudul Banyak Contoh Iklan Online Yang Gagal ini saya
menyebut-nyebut istilah trafik. Hal ini relevan dengan artikel saya sebelumnya
yang berjudul Mengapa Trafik Tinggi Dibutuhkan? Silahkan dibaca bila anda
berkenan. Sekian, dan mohon atas segala kekuranganya.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Mengapa Banyak Kasus Kegagalan Iklan Online?, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.