Jangankan tahun baru Masehi, tahun baru Islam saja aku tidak
pernah mau ikut merayakannya. Bagiku hakikat kedua-duanya adalah sama, sekedar
tradisi. Bukan kewajiban.
Dan yang namanya tradisi apapun bentuknya, termasuk tahun
baru Islam, sangat bisa dikritisi. Bila dibawa-bawa pada fanatisme sempit
menonjolkan kealiman diri. Termasuk jika dibentur-benturkan dengan keberadaan
peringatan tahun baru Masehi.
Pasti sering kita mendengar ucapan seperti ini kepada sesama
muslim : "Anda ini bagaimana sebagai seorang muslim, tahun baru Masehi
ikut merayakan, sementara jika ada perayaan tahun baru Hijriyah tidak pernah
ikut!" Nah, kalimat seperti inilah yang saya maksud dengan
membentur-benturkan antara tahun baru Masehi dengan tahun baru Hijriyah. Dan
bagi saya tidak ada manfaatnya sama-sekali kalimat tersebut. Terkecuali sekedar
mendikotomikan dua hal yang sebenarnya sama-sama sekedar tradisi tadi.
Tapi hebatnya, aku tidak pernah usil pada yang merayakannya.
Dariku selalu meluncur ucapan : Silahkan, kita saling toleransi!
Masalahnya, apakah kalian sehebat aku atau tidak dalam
menjalankan toleransi. Atau kalian justru sibuk dengan saling sindir tapi sok
toleran.
Hahaha, resapi dengan rasa humor sedikit. Agar kalian tidak
menilai aku sedang menyombongkan diri.
Bagiku kalender Masehi dan kalender Hijriyah adalah sekedar
alat hitung mundur jatah usia. Dan salah-satu di antara fungsinya yang lain
adalah untuk patokan bersama.
Bagiku kedua-duanya adalah alat yang netral, dipakai dalam
kebaikan hasilnya akan baik, dan sebaliknya. Jika berniat tidak baik,
menggunakan kalender Hijriyahpun bisa.
Aku berusaha adil pada kalender Masehi dan kalender
Hijriyah. Seadil caraku memandang perayaan tahun baru Masehi dan perayaan tahun
baru Hijriyah.Yang kedua-duanya bagiku bukanlah bagian dari aqidah yang harus
kutaáti. Baik tahun baru Masehi maupun tahun baru Islam tidak pernah kurayakan.
Allah membedakan fungsi bulan dan fungsi matahari, tapi
tidak pernah membedakan derajat keduanya.
Aku membaca habis sejarah lahirnya kalender Masehi. Aku
membaca tuntas awalnya terjadi tahun baru Hijriyah. Bukan sekali saja kubaca,
tapi entah sudah berapa ratus kali.
Karena aku membaca sejarah keduanya, maka tidak berani asal
saja mengharamkan. Lebih baik kukatakan bahwa kedua-duanya adalah : Silahkan
baca paragraf yang pertama!
Silahkan merayakan tahun baru Masehi bagi yang merayakannya.
Salam toleransi dariku!
* Hati-hati di jalan, neng. Khawatir ada petasan nyasar pada
pipi montokmu.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Ekspresi Malam Tahun Baru 2016, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.