Di jaman manusia
senang mengkritik tapi mudah tersinggung saat dikritik artikel ini terbit.
Harapannya tiada lain adalah mendudukkan sesuatu secara semestinya tanpa perlu
ada pihak-pihak yang tersinggung.
Bahasa Indonesia
adalah bahasa persatuan kita yang telah digunakan secara luas, bukan hanya di
Indonesia secara mayoritas, tapi juga di negara lain secara minoritas. Dan
semestinya kita merasa bersyukur, atau setidaknya gembira.
Kembali kepada
permasalahan klasik, jika bukan kita sendiri, sebagai bangsa Indonesia, yang
peduli pada bahasanya, lalu siapa lagi? Maka berkaitan dengan itulah saya
mencoba usaha kecil ini dalam rangka menjaga bahasa Indonesia. Termasuk dalam
hal kekeliruan pemakaian kata.
Meskipun tidak
mengenal kromo inggil seperti dalam bahasa Jawa, atau undak-usuk basa dalam
bahasa Sunda, maka bahasa Indonesiapun sedikit memiliki strata atau tingkatan
rasa bahasa. Hal ini jelas terlihat pada beberapa contoh kalimat berikut ini :
"Kapan anda
pergi ke Surabaya, pak?", tanya Midun kepada tetangga barunya.
"Kamu sudah
mengerjakan PR belum?", tanya pak Anton pada Sinta, anaknya.
Anda dan kamu
adalah kata ganti orang kedua tunggal yang sangat jelas bagaimana cara
menempatkannya. Akan terasa janggal atau bahkan menggelikan apabila ada kalimat
seperti ini :
"Anda sudah
mengerjakan PR belum?", tanya pak Anton pada Sinta, anaknya.
Ada beberapa
contoh kalimat lagi :
Nabi Muhammad
wafat pada usia 63 tahun.
Banyak pahlawan
bangsa yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Tetanggaku
meninggal karena sakit.
Ratusan ribu orang
tewas akibat bencana alam yang sangat dahsyat itu.
Kucingku mati
karena tertabrak motor.
Maka betapa
janggalnya, bahkan terasa sangat menggelikan bagi yang mengerti, bila ada
kalimat seperti ini :
Kucingku wafat
karena tertabrak motor.
Kucingku gugur
karena tertabrak motor.
Kucingku meninggal
karena tertabrak motor.
Kucingku tewas
karena tertabrak motor.
Saya yakin
seyakin-yakinnya, siapapun guru bahasa Indonesianya, tidak akan pernah
mengajarkan untuk menggunakan empat kalimat di atas yang subjeknya adalah
kucing.
Saya sendiri agak
bingung ketika akhir-akhir ini ada orang, bisa jadi ia sekolah cukup tinggi,
tapi justru mengatakan, "Kucingku wafat". Atau "Kucingku
meninggal."
Semoga artikel
singkat ini menjadi kritik yang membangun dan ditanggapi secara positif.
Selanjutnya : Kucing Bukanlah Binatang yang Serakah
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Yang Pantas Untuk Kucing Atau Binatang Lainnya Dalam Pemakaian Bahasa Indonesia, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.