Bila penulis menyebut buku, maka itu berarti dipandang dari
segala aspeknya yang utuh. Ada sampul atau jilid, ada lembaran-lembaran kertas
yang tersusun rapi berdasarkan urutan halaman, dan ada tulisan-tulisan serta
gambar-gambar. Kemudian bila penulis menyebut internet maka tinjauannyapun
menyeluruh. Di sana ada server-server, jaringan penghubung, domain, sub domain,
web, website, blog, serta apapun yang menjadi bagian dari internet.
Internet dan buku adalah sesuatu yang terpisah dan berdiri
sendiri-sendiri. Buku lahir terlebih dahulu sebelum internet dan hingga kini
posisinya tetap tidak tergantikan oleh internet dalam hal-hal yang khusus atau
tertentu. Dengan kata lain buku tetap eksis hingga sekarang, dan mungkin sampai
kapanpun.
Selain persamaan tentu saja ada perbedaan, dan di antara
perbedaan-perbedaan itu adalah yang menyangkut kapasitas serta kemampuan.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh buku maka bisa pula dilakukan oleh
internet. Sebaliknya banyak hal yang bisa dilakukan oleh internet namun tidak
bisa dilakukan oleh buku. Internet bisa menyajikan tulisan-tulisan berkualitas
sebagaimana buku tetapi buku tidak mampu mengunduhkan software untuk anda. Itu
salah-satu contoh perbedaannya.
Sekali lagi, buku memang lahir lebih dahulu dibanding
internet. Secara singkat saya telah membahasnya dalam tulisan yang berjudul
Sejarah Singkat Internet.
Kita tentu sangat famlier dengan ungkapan atau pepatah ini :
Buku adalah gudang ilmu, sedangkan membaca adalah kuncinya. Dan tentu saja
tidak salah apabila pepatah inipun berlaku pula bagi internet. Maka dapat kita
buat pepatah begini : Internet adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya.
Kemudian karena pada dasarnya baik internet maupun buku bukan hanya menawarkan
ilmu, bahkan kedua-duanyapun mampu menawarkan kekayaan material, maka dapat
penulis katakan bahwa : Internet Dan Buku Adalah Perbendaharaan Dunia.
Di dalam artikel ini penulis tidak akan banyak membahas
buku. Biarlah yang satu ini menempati tempatnya yang khusus di hati manusia
yang keberadaannya perlu diakui sebagai sejajar dengan internet.
Peradaban Terus Berkembang
Peradaban terus berkembang dengan segala dinamikanya. Abad
daun rontal telah digantikan oleh abad buku dan internet. Jadi bila manusia di
jaman sekarang menggali sejarah masa lampau melalui temuan-temuan yang berupa
artefak, prasasti, ataupun manuskrip maka sangat mungkin manusia-manusia di
jaman yang akan datang pencarian mereka ke masa lampau, yaitu ke abad kita
sekarang ini, adalah dengan menelusuri artefak-artefak berupa cd, dvd,
harddisk, cloud server, dan sejenisnya.
Pada jamannya candi-candi, prasasti-prasasti, dan sebangsanya
itu tentulah disebut modern. Sungguh tidak ada beda dengan klaim kita kepada
teknologi internet. Tetapi 100 tahun dari sekarang siapa manusianya yang bisa
menjamin bahwa internet tidak akan jadi museum. Secara prinsip kerja bisa jadi
internet akan tetap aplikatif hingga abad nanti, tetapi dari sisi teknologi
sangat mungkin berkembang di luar batas khayalan yang bisa kita lakukan.
Gambar di atas adalah harddisk tertua di dunia, sebuah hasil
olah teknologi yang bisa dikatakan modern pada jamannya tetapi bagaimana jika
dibandingkan dengan sekarang, setelah lebih kurang 60 tahun berlalu sejak masa
itu?
Untuk kapasitas sebesar 5mb saja berat harddisk tersebut
mencapai 1 ton. Lalu bandingkan dengan sekarang! Dan yang tentu saja tidak
boleh dilupakan adalah fakta bahwa sangat mungkin kita tidak mengenal internet
sebagaimana yang dikenal pada hari ini bila teknologi-teknologi jadul itu tidak
pernah ditemukan.
Pada dasarnya perkembangan peradaban dan atau jaman adalah
didorong oleh perkembangan teknologi. Karena itu pengistilahan atau penyebutan
pada suatu jaman seringkali merujuk kepada teknologi yang dipakai. Jaman batu,
jaman perunggu, jaman digital, dsb.
Teknologi Informasi Paling Pesat Perkembangannya
Dari sisi hardware mungkin kita masih menggunakan Intel
Pentium IV pada saat itu dengan Windows XP sebagai operating systemnya. Saat
itu, ya saat dimana pamor Yahoo dan Friendster mulai meredup. Jadi dapatlah
dikatakan bahwa perkembangan teknologi informasinya sendiri lebih pesat
dibandingkan perkembangan hardware serta software.
Saat itu Pentium IV belum beralih ke generasi i, mulai dari
i3 hingga i7. Windows XP-pun belum digantikan oleh Windows 7 yang sekarang
malah sudah lahir Windows 10-nya, tetapi Google dan Facebook telah lahir dan
pesat berkembang mengalahkan senior-seniornya.
Perkembangan itu sedemikian pesat bahkan hingga detailnya
yang paling pernik. Pada teknik SEO misalnya. Teknik yang dua atau tiga bulan
lalu masih valid maka sangat mungkin sekarang sudah obsolete. Meskipun untuk
hal-hal mendasar seperti cara memilih niche blog dan nama domain tidak berubah.
Di Indonesia Pengguna Internet Terus Bertambah
Gambar di atas diambil dari HarianTI.com. Dari gambar atau grafik tersebut sangat terlihat betapa pesatnya pertambahan jumlah pemakai internet di Indonesia.
HarianTI.com – Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama
dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat angka
pertumbuhan pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 sudah
mencapai 71,19 juta orang.
Hasil pencatatan tersebut tertuang dalam sebuah laporan
berjudul Profil Terkini Internet Industri Indonesia, yang dipublikasi di
Jakarta, Jumat (17/1). Survei tersebut dilakukan pada 78 kabupaten/kota di 33
Propinsi Indonesia.
“Jumlah tersebut berarti tumbuh 13 persen dibandingkan
catatan akhir 2012 yang sebanyak 63 juta orang,” kata Ketua Umum APJII Sammy.
Menurut Sammy, penetrasi internet di Indonesia saat ini
adalah sekitar 28 persen dari total populasi penduduk Indonesia.
Sementara itu kawasan Indonesia Timur mencapai tingkat
pertumbuhan pengguna internet tertinggi dibanding kawasan lain di Indonesia.
Teknologi, apapun bentuknya, memang selalu memiliki dampak
buruk maupun dampak baik sebagai akibat dari cara manusia menggunakannya.
Dengan kata lain, teknologinya sendiri sebenarnya bersifat netral, maka
terserah kepada si manusia, apakah akan digunakan secara positif ataukah
negatif.
Di Indonesia masa-masa euforia penggunaan internet telah
lewat sejak 15 tahun yang lalu bila dihitung sejak mulai menjamurnya
warnet-warnet, atau 6 tahun yang lalu sejak pertama kali Facebook populer di
Indonesia. Demikianlah, kehadiran Facebook yang mengalami masa-masa euforia
pada akhirnya berdampak pula terhadap masa euforia internet periode ke-2 di
Indonesia. Seiring dengan berakhirnya masa Euforia Facebook maka berakhir pula
masa euforia internet. Yang tinggal kini adalah masa pertumbuhan.
Masing-Masing Akan Enjoy Dan Bangga Pada Jamannya
Ketika Brorobudur diresmikan penggunaannya pada jaman dulu,
bisa jadi sebagian besar masyarakat di sana merasa bangga dan enjoy. Mereka
bangga karena memiliki sesuatu yang hebat, sebuah kebanggaan yang tidak lekang
oleh berlalunya waktu dan masih terasa gaungnya hingga sekarang.
Selanjutnya kita sebut saja jaman itu sebagai jaman candi
untuk menjelaskan bahwa Borobudur hanya salah-satu candi saja di antara banyak
candi lainnya yang memiliki masa panjang.
Bila manusia di jaman dahulu memiliki Borobudur, maka
manusia sekarang memiliki Borobudur dan internet sekaligus. Borobudur kita
peroleh sebagai warisan jaman sementara internet kita peroleh karena kerja
keras plus cerdas dari mereka yang hidup di abad ini.
Apa yang menjadi keuntungan relatif dari next generation
adalah kadar kedekatannya terhadap suatu mahakarya. Ah kalimat saya ini
nampaknya cukup membingungkan. Jadi mari kita perjelas saja.
Next generation seperti kita paham akan maknanya adalah
generasi berikut setelah sebuah generasi berakhir. Jadi generasi kita sekarang
ini adalah next generation bagi mereka yang hidup di jaman Borobudur. Lalu
apakah keuntungan relatifnya bagi kita? Begini :
Bisa jadi ada satu atau dua orang dari mereka yang hidup di
jaman Borobudur telah mampu memperkirakan apa yang akan terjadi beberapa abad
setelah mereka. Mereka sekedar memperkirakan, bukan memastikan. Hal ini perlu
saya tegaskan agar tidak terjadi pengkultusan pada leluhur.
Mereka hanya mampu sekedar memperkirakan, juga tidak dengan
pengistilahan yang akurat. Misalnya saja mereka memperkirakan bahwa di masa
yang akan datang, manusia akan bisa mengetahui kabar dunia, hanya dengan cara
duduk sambil melihat suatu benda. Sekedar memperkirakan seperti itu tanpa
kemampuan menyebutkan bahwa benda tersebut bernama personal computer
berinternet.
Begitulah, dan salah-satu contohnya adalah tentang Jangka
Jayabaya. Ia hidup pada jaman candi.
Generasi kita diuntungkan secara relatif karena mampu
menyebutkan nama-nama objeknya secara jelas akibat dari adanya informasi yang
jelas pula tentang masa lalu. Informasi itu didapat dari artefak, prasasti, dan
sebagainya. Jadi, bila para leluhur sebatas mampu memperkirakan tentang masa
depan, maka generasi kita mampu sedikit memastikan tentang masa lalu. Bila para
leluhur tidak mampu menyebutkan akan adanya istilah internet maka generasi kita
mampu menyebutkan bahwa pernah dan masih ada nama Borobudur.
Insting Manusia
Terkait dengan dikotomi masalalu dan masakini, secara umum
manusia mengalami dua macam insting yang setimbang bila dalam kondisi normal.
Insting tersebut berkenaan dengan fungsi historis serta fungsi praktis. Ketika
kita terkagum-kagum pada peninggalan-peninggalan manusia yang hidup ribuan
tahun di masalalu, maka sesungguhnya insting kita sedang bekerja pada fungsi
historis. Meskipun peninggalan-peninggalan tersebut tidak lagi memiliki fungsi
praktis, maka tetap saja kekaguman tersebut tidak akan hilang.
Berkenaan dengan fungsi historis ini, sudah selayaknya kita
memaklumi bila ada manusia-manusia yang sedemikian terpukul ketika mengetahui
banyak situs-situs bersejarah yang dihancurkan demi memenuhi kebutuhan akan
cara hidup kekinian.
Fungsi kedua adalah fungsi praktis sebagaimana yang telah
kita sebut tadi. Insting manusia terhadap fungsi praktis ini didorong oleh
kebutuhan yang sesuai dengan jaman. Seseorang yang sedemikian terkagum-kagum
pada mesin ketik kuno misalnya, ia akan tetap menggunakan komputer untuk mengetik.
Atau sekagum apapun seseorang pada pena, maka ia akan tetap mengambil ballpoint
untuk menulis.
Insting historis akan melahirkan apresiasi terhadap
karya-karya manusia masa lampau. Apresiasi itu bisa saja berupa kesadaran bahwa
apabila tidak ada barang-barang kuno tersebut maka sangat mungkin barang-barang
modernpun tidak pernah ditemukan.
Insting praktis tentu saja memiliki dampak yang berbeda.
Selain sama-sama berpotensi mengundang atau mendorong seseorang untuk kagum
pada suatu produk, maka insting praktis akan menimbulkan kesadaran pada manusia
akan makna kekinian.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Internet Dan Buku Adalah Perbendaharaan Dunia, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.