Secara umum sejarah diartikan sebagai peristiwa yang terjadi
pada masa lalu dan mempunyai pengaruh besar sehingga memberi andil dalam
peradaban manusia. Dengan adanya arti umum seperti itu, maka tidak setiap
peristiwa atau kejadian layak disebut sebagai sejarah.
Ia adalah pelaku dalam peristiwa tersebut. Entah pelaku
dalam pengertian objek ataupun subjek. Dalam hal ini semakin besar peran ia
maka semakin detail pengetahuannya tentang sejarah tersebut.
Atau ia adalah saksi dalam peristiwa itu. Bila pelaku sudah
pasti menjadi saksi maka saksi belum tentu berperan sebagai pelaku. Contoh para
saksi sejarah adalah para wartawan yang benar-benar bertugas meliput tanpa
adanya peran selain itu. Termasuk sebagai saksi sejarah adalah manusia-manusia
yang hidup pada jaman dimana peristiwa itu terjadi, dan mengikuti berita demi
beritanya.
Atau ia adalah seorang peneliti sejarah, entah dalam
kapasitas sebagai arkeolog atapun sejarawan. Pengetahuannya ia dapatkan dari
hasil penelitian terhadap jejak-jejak dari masa lalu. Adapun jejak-jejak
tersebut bisa berupa artefak, prasasti, manuskrip, dsb.
Atau ia adalah seorang pembaca catatan sejarah, baik yang
berupa hardcopy seperti buku ataupun softcopy seperti catatan-catatan yang
ditampilkan oleh website atau blog. Buku atau catatan sejarah yang ia baca adalah
hasil dari pekerjaan mereka yang termasuk dalam kelompok nomor 3 di atas.
Dan selisih waktunya bisa sangat jauh antara saat peristiwa
berlangsung terhadap saat ia membaca.
Memang, manusia dan sejarah akan senantiasa berada dalam
satu frame. Dan kita saat inipun, baik disadari atau kah tidak, sebenarnya
secara alami sedang menjadi saksi atau bahkan pelaku sejarah. Maka demikianlah,
bila menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas, dapat
ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa.
Karena sedemikian pentingnya masalah waktu ini dalam memahami satu peristiwa,
maka para sejarawan cenderung membuat periodesasi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah
sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia terdapat beberapa
variasi. Meskipun demikian, banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal
dari bahasa Yunani yaitu historia. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history,
bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang
berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Seseorang bisa mengetahui suatu sejarah karena :
Para pelaku adalah segmen yang paling akurat dan paling erat
kaitannya dalam mengetahui peristiwa yang sebenarnya dari suatu sejarah. Sedangkan pembaca catatan sejarah adalah
sebaliknya. Atau dari sisi pandang yang lugas tanpa tedeng aling-aling,
seseorang yang mengetahui suatu sejarah dari cacatan sejarah adalah yang paling
rendah kadar akurasinya.
Dalam menjelaskan suatu peristiwa, catatan sejarah tentu
akan menampilkan garis-garis besarnya saja tanpa menyertakan event-event kecil.
Kemudian penjelasan demi penjelasan yang ada sangat mungkin bisa berubah, atau
mengalami apa yang disebut rekonstruksi sejarah. Perubahan tersebut bisa bersifat
mendasar atau bisa pula hanya berupa ralat kecil.
Manusia akan senantiasa haus untuk mengetahui hal-hal yang
bersifat misteri atau belum terpecahkan. Dan sejarah akan terus bergulir
sepanjang alam semesta ini masih ada. Lalu pada hakikatnya yang paling tahu
tentang suatu sejarah adalah………. Tuhan! Adapun manusia, di tengah gegap-gempita
mereka saat telah mendapat kesimpulan dari suatu penelitian sejarah misalnya,
sangat mungkin keliru sehingga pengetahuannya tidak sempurna.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Manusia dan Sejarah Dalam Satu Frame, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.