Kesimpulannya sederhana, kawan. Bukan penjajahannya yang dipermasalahkan tapi cara menjajahnya, sikap penjajahnya.
Jika manusia yang sedang dijajah dianggap sederajat dengan budak atau hamba sahaya, maka bukan perbudakannya yang dipermasalahkan karena rasulullahpun memiliki budak atau hamba sahaya. Dan kepada para hamba sahayanya beliau berbuat sangat baik.
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan BERBUAT BAIKLAH KEPADA dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan HAMBA SAHAYA KAMU. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (Qs. An Nisa : 36)
Kesimpulan : Penjajahan dan atau perbudakan yang harus dihapuskan dari muka bumi itu adalah yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Adapun penjajahan yang beradab bukan sebuah masalah. Adakah penjajahan yang beradab? Jawabannya, ada.
Khilafah Islamiyah, Persemakmuran Inggris, dan Penjajahan Belanda secara fakta adalah sama, yaitu sama-sama menjadikan bangsa lain sebagai taklukan. Dan sekali lagi yang berbeda adalah perlakuannya terhadap negara taklukan.
Jajah atau jelajah memiliki makna positif sebagai mengeksplorasi, adapun makna negatifnya adalah mengeksploitasi. Bila seorang hamba sahaya dieksplorasi (digali kemampuannya, ditumbuhkan semangatnya, dimanusiakan) maka itu baik. Sebaliknya jika hamba sahaya dieksploitasi (didayagunakan secara salah, diintimidasi, dikriminalisasi) maka itu tidak baik.
Dijajah atau ditaklukkan? Siapa takut, asalkan penjajahnya yang beradab! Aku tidak takut dieksplorasi, yang aku takut adalah bila dieksploitasi!
Penjajahan, Apakah Selalu Berkonotasi Negatif?
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Penjajahan, Apakah Selalu Berkonotasi Negatif?, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.