Seberapa Penting Sebuah Penghargaan Bagi Kamu? |
Salah-Satu Hasrat Alami Manusia
Berfikir, berkarya dan berbudaya merupakan elaborasi
pemikiran dari Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan trilogi Cipta, Rasa, dan
Karsa. Prinsip ini pada akhirnya dijadikan landasan bertindak bagi banyak
individu maupun organisasi.
Berkarya merupakan aktifitas lanjutan dari proses berfikir
dari tiada menjadi ada. Aktifitas berfikir dan berkarya haruslah berorientasi
pada budaya, sehingga manusia menjalankan fikiran dan karyanya agar bermanfaat
bagi lingkungannya.
Hingga di sini manusia ditempatkan sebagai pihak yang
memberi. Ia melakukan sesuatu, ia berkarya yang semangatnya berasal dari dalam
dirinya. Selanjutnya hasil karya yang bersangkutan diberikan kepada atau untuk
pihak-pihak yang berada di luar.
Setelah seseorang merasa telah memberi maka umumnya timbul
hasrat alami, yaitu ingin ada timbal-balik, ingin diakui, dan lebih jauh lagi
ingin dihargai. Di sisi lain, pihak yang merasa telah menerima timbul pula
hasrat alaminya, yaitu ingin membalas pemberian. Misalnya berupa penghargaan.
Topik penghargaan sebagaimana yang dimaksud dalam tulisan
ini adalah yang sesuai dengan fitrah manusia tentunya. Yaitu fitrah sebagai
makhluk individu dan sosial.
Intisari dari uraian di atas akan bermuara pada kondisi,
dimana dalam hubungan sosial, manusia secara umum akan melakukan proses memberi
dan menerima atau take and give. Hal ini sebenarnya sejalan dengan teori
Abraham Maslow, seorang psikolog ternama.
Abraham Maslow terkenal dengan teorinya yang membahas
tentang Hirarki Kebutuhan manusia. Hirarki tersebut terdiri dari lima tingkatan
yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis
Contoh dari kebutuhan fisiologis adalah sandang / pakaian,
pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air
besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya. Ini merupakan kebutuhan
asasi atau kebutuhan dasar. Tanpa tercukupi kebutuhan makan misalnya, maka
manusia terancam hidupnya secara telak. Dalam waktu relatif singkat ia bisa
mati karena kelaparan.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Pada tahapan kebutuhan ini manusia ingin atau butuh terbebas
dari hal-hal yang berpotensi membuatnya menderita. Bebas dari penjajahan, bebas
dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya.
3. Kebutuhan Sosial
Contoh-contoh pada hirarki ini misalnya berorganisasi,
memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan
lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Relevan dengan judul, pembahasan tentang kebutuhan
penghargaan akan dibahas secara lebih detail dibanding tahapan kebutuhan lainnya.
Kebutuhan penghargaan dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan
Internal. Sub kategori eksternal meliputi : Apresiasi, pujian, piagam, tanda
jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya. Sedangkan untuk sub kategori internal
sudah lebih tinggi dari eskternal. Seorang pribadi pada tingkatan ini sudah
tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan
kepuasan dalam hidupnya.
Menurut hemat penulis, pada tingkatan tertinggi ketika
seseorang sudah sampai pada tahapan tanpa pamrih, maka penghargaan yang ia
harapkan adalah yang hanya datang dari Tuhan. Meskipun demikian, secara
hubungan sebab-akibat, sesama manusia adalah perantara agar penghargaan dari
Tuhan itu sampai.
Sesama manusia sering kali dijadikan perantara oleh Tuhan
ketika Dia berkehendak memberikan penghargaan pada seseorang. Dalam konteks
yang demikian inilah istilah tanpa pamrih memiliki makna yang dapat dikatakan
absolut.
Tanpa pamrih dimaknai sebagai suatu keadaan dimana manusia hanya menggantungkan dirinya semata-mata kepada Tuhan. Harapan-harapannya terhadap sesama manusia, termasuk dalam hal memperoleh penghargaan, hanyalah merupakan proses sebab-akibat. Dan proses sebab-akibat itu timbul karena manusia adalah makhluk sosial selain sebagai makhluk individual.
Maka demikianlah, manusia dengan segala kompleksitasnya akan
senantiasa menjadi subjek maupun objek eksplorasi. Termasuk untuk sisi-sisi
yang berkaitan dengan kejiwaannya. Manusia akan senantiasa mencari makna atau
nilai sesuai fitrah dan atau kebutuhannya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka kebutuhan
selanjutnya adalah aktualisasi diri. Maslow menggambarkan aktualisasi diri itu
sebagai dorongan pada manusia untuk menjadi dirinya sendiri dengan dorongan
yang murni berasal dari dirinya pula.
Contoh aktualnya adalah seorang musisi harus bermusik,
pelukis harus melukis, dan penyair harus menulis. Dan itu semua dilakukan pada
situasi pengejawantahan diri.
Penghargaan Dari Sodexo
Sekarang kita membahas hal yang berada pada tataran
implementasi, yakni di saat hal-hal yang teoritikal di atas diwujudnyatakan
dalam suatu kegiatan. Fokusnya pada Sodexo yang merupakan pemimpin dunia solusi
motivasi.
Sejak 1976 Grup Sodexo telah membantu untuk mengembangkan
dan menerapkan solusi peningkatan motivasi. Baik untuk karyawan, relasi bisnis,
maupun pelanggan.
Saat ini Sodexo sedang menyelenggarakan Lomba Blog. Terkait
dengan tema di atas dan lomba blog, Sodexo telah menyiapkan penghargaan yang
berupa Voucher Belanja Sodexo dan Merchant Sodexo. Keduanya akan diberikan bagi
para pemenang sebagai hadiah.
Bagi yang tertarik untuk mengikuti lomba, bisa klik banner
di samping kiri postingan ini.
Dikutip dari website resminya :
Hanya Voucher Sodexo yang dapat memberikan kemudahan mempersiapkan Hadiah untuk Karyawan, Relasi serta Pelanggan Anda dan memberikan kebebasan dalam memilih hadiahnya.
Penghargaan-penghargaan yang bersifat signifikan pada
umumnya adalah timbal-balik dari suatu prestasi. Adapun prestasi hanya bisa
lahir dari suatu karya. Bagi para blogger karya-karya mereka tentu saja berupa
postingan.
Manusia adalah makhluk estetis, kurang lebih artinya adalah
bahwa manusia bukan hanya konsen atau mengutamakan isi tetapi juga kemasan.
Bukan hanya mengutamakan esensi tetapi juga cara penyajian. Dan salah-satunya
hal ini terjadi pada cara pembayaran. Kini pembayaran bisa dilakukan dengan Voucher Belanja.
Jual-beli dahulu kala dilakukan dengan cara barter kemudian
berubah menggunakan mata uang. Bisa jadi perubahan ini lebih didasari oleh
pertimbangan praktis. Tegasnya penggunaan mata uang sebagai alat tukar jauh
lebih praktis dibanding cara barter.
Seiring dengan waktu manusia tidak hanya memikirkan hal-hal
yang praktis saja tetapi juga menggali cara-cara estetikanya. Membawa uang
banyak, pada titik, tertentu dianggap tidak memenuhi kaidah estetika. Dan yang
pasti adalah tidak aman. Dari sini mulailah lahir jenis-jenis kartu dan voucher
untuk bertransaksi.
Faktor estetika sangat erat kaitannya dengan kebutuhan
manusia akan penghargaan. Semakin tinggi penghargaan yang diberikan pada
seseorang maka akan semakin fokus pula manusia pada sisi estetisnya. Muara dari
semua ini adalah pada istilah prestise. Penggunaan kartu dan voucher dianggap
lebih aman dan prestisius dibanding bertransaksi dengan uang tunai.
Kembali kepada pertanyaan Seberapa Penting Sebuah Penghargaan Bagi Kamu? Jawabannya adalah sangat penting. Apa yang telah diuraian oleh Abraham Maslow, dan diimplementasikan oleh Sudexo secara eksplisit telah menjawabnya. Dan itu sangat relevan dengan naluriah manusia yang memang butuh penghargaan.
Penghargaan, sebuah istilah yang acap-kali menjadi bahan pembicaraan dan atau kajian manusia. Isunya tidak pernah luntur oleh waktu tidak lekang oleh jaman. Hingga di sini jelaslah sudah bahwa bagi penulis, dan pastinya bagi insan-insan yang lain, penghargaan itu sangat penting apapun jenis dan tingkatannya.
Ketika seseorang berkata, "Saya tidak memerlukan pujian atau jenis penghargaan lain dari sesama manusia." maka sesungguhnya ia tetap perlu diberi penghargaan. Bahkan andaipun ucapannya tersebut memang benar- benar sesuai dengan bisikan hatinya, bukan karena jaga imej (jaim).
Pembaca yang budiman, itulah sedikit uraian penulis pada artikel ini yang berjudul Seberapa Penting Sebuah Penghargaan Bagi Kamu?
Kembali kepada pertanyaan Seberapa Penting Sebuah Penghargaan Bagi Kamu? Jawabannya adalah sangat penting. Apa yang telah diuraian oleh Abraham Maslow, dan diimplementasikan oleh Sudexo secara eksplisit telah menjawabnya. Dan itu sangat relevan dengan naluriah manusia yang memang butuh penghargaan.
Penghargaan, sebuah istilah yang acap-kali menjadi bahan pembicaraan dan atau kajian manusia. Isunya tidak pernah luntur oleh waktu tidak lekang oleh jaman. Hingga di sini jelaslah sudah bahwa bagi penulis, dan pastinya bagi insan-insan yang lain, penghargaan itu sangat penting apapun jenis dan tingkatannya.
Ketika seseorang berkata, "Saya tidak memerlukan pujian atau jenis penghargaan lain dari sesama manusia." maka sesungguhnya ia tetap perlu diberi penghargaan. Bahkan andaipun ucapannya tersebut memang benar- benar sesuai dengan bisikan hatinya, bukan karena jaga imej (jaim).
Pembaca yang budiman, itulah sedikit uraian penulis pada artikel ini yang berjudul Seberapa Penting Sebuah Penghargaan Bagi Kamu?
Kepada pihak Sudexo penulis mengucapkan terima kasih atas digelarnya Lomba Blog ini sebagai ajang aktualisasi diri para Blogger. Ya, bagi penulis sebagai seorang Blogger, menulis adalah kebutuhan. Menulis adalah ajang untuk mengaktualisasikan diri.
Selanjutnya : Cara Mengatasi Anak Susah Makan dengan Laperma Platinum
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Seberapa Penting Sebuah Penghargaan Bagi Kamu?, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.