Gajah Mada dan Analisa Asal-Usulnya - Hingga saat ini catatan sejarah yang formal tidak
menjelaskan asal-usul Gajah Mada. Namanya langsung muncul ketika melakukan aksi
heroik menyelamatkan Jayanagara dan menumpas pemberontakan Dharmaputra yang
dipimpin oleh Kuti.
Adanya jabatan Dharmaputra diketahui dari naskah Pararaton.
Jabatan ini tidak pernah dijumpai dalam sumber-sumber sejarah lainnya, baik itu
Nagarakretagama ataupun prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja-raja
Majapahit.
Sebenarnya sangat banyak tokoh yang seperti Gajah Mada.
Tidak diketahui asal-usulnya diawal, tercatat memiliki kiprah hebat
dipertengahan, dan luput dari perhatian di akhir.
Kemunculan Gajah Mada
Tidak diketahui dengan pasti apa tugas dan wewenang
Dharmaputra. Pararaton hanya menyebutkan bahwa para Dharmaputra disebut sebagai
pengalasan winehsuka, yang artinya "pegawai istimewa yang disayangi
raja". Mereka dikisahkan diangkat oleh Raden Wijaya dan tidak diketahui
lagi keberadaannya setelah tahun 1328.
Kiprah Dharmaputra pada masa pemerintahan Raden Wijaya
adem-ayem saja, dan itu berubah drastis pada masa pemerintahan Jayanagara.
Sri Jayanagara diungsikan ke desa Badander akibat pendudukan
ibukota Majapahit oleh Kuti. Pararaton menyatakan bahwa pemberontakan Kuti
berselisih tiga tahun dengan perang Lumajang atau berlangsung sekitar 1319.
Kuti adalah seorang Dharmaputra.
Dengan keterlibatan hampir seluruh, atau bahkan seluruh
Dharmaputra dalam pemberontakan tersebut, maka pemberontakan kuti ini dapat
pula disebut sebagai pemberontakan Dharmaputra. Memang, pada dasarnya
pemberontakan ini diakibatkan oleh sikap dharmaputra yang tidak senang kepada
Sri Jayanagara. Mereka merencanakan untuk menyingkirkannya.
Dalam situasi yang demikian muncul Tokoh yang bernama Gajah
Mada. Ia berhasil mamadamkan pemberontakan Dharmaputra. Ketika Gajah Mada
menyelamatkan keluarga kerajaan, dengan mengungsikannya ke desa Bedander,
jabatan ia adalah sebagai Bekhel atau Kepala Pasukan Bhayangkari Kaputren.
Jabatan inilah yang paling banyak disebut orang dibanding spekulasi bahwa ia
adalah Kepala Pasukan Bhayangkari Pengawal Raja.
Untuk sisi jabatan, penulis lebih meyakini bahwa ia adalah
Kepala Bhayangkari Kaputren pada saat itu. Keyakinan ini muncul karena asumsi
bahwa untuk mengawal raja telah ada kelompok elit yang bernama Dharmaputra.
Kelompok ini beranggotakan tujuh orang yaitu Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Pangsa, Ra
Banyak, Ra Semi, Ra kuti, dan Ra Tanca.
Bila dikait-kaitkan dengan eksistensi pasukan pengawal Raja,
bukan tidak mungkin Dharmaputra ini berwenang dan mampu melakukannya. Artinya mereka memiliki kewenangan untuk
mengomando sekelompok prajurit. Bahkan dalam jumlah yang cukup besar.Hal ini
terbukti dengan fakta bahwa mereka mampu melakukan pemberontakan, bahkan
langsung menusuk masuk ke peraduan raja.
Sejak berhasil menumpas pemberontakan Dharmaputra itulah
karir Gajah Mada melesat bak meteor.
Spekulasi Terus Bermunculan
Cukup mengherankan dengan sikap para pencatat di jaman Gajah
Mada, seperti Mpu Prapanca misalnya. Mereka seakan-akan sedemikian gemar
mencatat kiprah Gajah Mada saat meniti karirnya di Majapahit, namun melupakan
satu hal yaitu memberikan transparansi tentang asal-usul Gajah Mada dan akhir
karirnya, termasuk catatan tentang meninggalnya.
Karena kegelapan tentang asal-usul Gajah Mada, maka beragam
spekulasipun bermunculan. Mulai dari spekulasi yang didukung penemuan
arkeologis sampai yang murni karangan bersifat bualan.
Walaupun didukung oleh sejumlah kecil bukti arkeologis,
tetapi tetap saja terbungkus oleh kemasan cerita rakyat yang akurasinya perlu
ditinjau ulang.
Figur Gajah Mada jika ditilik dari sejumlah sumber prasasti
diduga bukan sekedar putra rakyat biasa. Dia adalah putra teman seperjuangan Raden
Wijaya, yaitu Gajah Pagon.
Mada diduga masih memiliki hubungan darah dengan
Kertanegara. Hal ini terlihat pada prasasti Gajah Mada yang bertarikh 1273 Saka
(1351). Prasasti menunjukkan “penghormatan” Gajah Mada pada Kertanegara.
Penghormatan ini memang lebih dikarenakan upaya mencari
legitimasi pada program Sumpah Palapa yang satu visi dengan Ekspedisi Pamalayu
Kertanegara. Hanya saja ada dugaan bahwa penghormatan itu juga menjadi sesuatu
yang tidak biasa karena Gajah Mada tercatat secara spesifik “lebih hormat” pada
Kertanegara dibanding pada pendiri Majapahit yaitu Kertarejasa. Dugaan yang
dikemukakan sejumlah ahli bahwa Gajah Mada masih memiliki hubungan darah dengan
Kertanegara, mungkin melalui garis selir.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Gajah Mada dan Analisa Asal-Usulnya, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.