Istilah multimedia tentu cukup akrab bagi sebagian di antara
kita. Dan bila semata-mata berpegang pada praktikal, maka kita tidak perlu
memahami terlampau dalam secara teoritis atau filosofinya. Tapi praktek tanpa
teori sering dikatakan sebagai buta. Dan sebaliknya teori tanpa praktek adalah
lumpuh. Jadi bukankah lebih baik bila kita tahu teorinya sekaligus mampu
mempraktekkannya, bukan? Nah dalam tulisan saya sebelumnya yang berjudul
Pengelompokkan Bidang Teknologi Informasi dijelaskan sebagai berikut :
Dilihat dari istilahnya maka jelas sekali jika multimedia
ini adalah beragam media yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Dan tidak
hanya online seperti internet tetapi juga offline dan on air. Sebenarnya bisa
saja internet sendiri dimasukkan sebagai bagian dari multimedia, tetapi karena
cakupan internet sekarang ini semakin meluas, bukan hanya sekedar untuk membuka
email dan browsing di website statis, maka internet dikelompokkan terpisah dari
multimedia. Karena yang bersifat online telah dimasukkan sebagai bagian dari
internet, maka multimedia mencakup yang offline, off air dan on air-nya saja.
Adapun cakupannya adalah meliputi media lewat suara, gambar, tulisan, dan film.
Maka spanduk, pamflet, selebaran, koran, majalah, tabloid, hasil rekaman, papan
reklame, baliho, radio, dan televisi adalah termasuk multimedia.
Baiklah para pembaca sekalian, saya akan mencoba
menguraikannya secara lebih rinci.
On Air Event
On Air yang dalam bahasa Indonesia diistilahkan sebagai
mengudara dimaksudkan sebagai keadaan atau kegiatan penayangan radio atau
televisi. Seorang penyiar atau presenter sedang dalam keadaan on air ketika
radio menyiarkan suaranya, atau televisi menayangkan siarannya. Kemudian sebuah
stasiun radio atau stasiun televisi dikatakan sedang on air apabila menayangkan
siaran-siarannya atau program-program acaranya, terlepas apakah pada program acara
tersebut menampilkan para penyiar/presenter mereka ataukah tidak.
Di tahun 90-an ada booming sandiwara radio seperti Saur
Sepuh, Misteri Dari Gunung Merapi, Tutur Tinular, Mahkota Mayangkara, dan
lain-lain. Ketika acara-acara ini ditayangkan, maka para penyiar tidak tampil
meskipun tetap terlibat sebagai operator. Demikian pula ketika ada tayangan
sinetron di televisi, para presenternya tidak ditayangkan. Jadi ketika sebuah
radio/televisi dalam keadaan on air, para penyiar/presenternya belum tentu on air
pula.
Radio dan televisi lebih dahulu populer dibanding internet,
terlebih di Indonesia. Bukan sekedar lebih dulu populer, tapi juga tetap
terjaga sebagai sesuatu yang lebih tinggi popularitasnya dibanding sang
internet. Setidak-tidaknya dari jumlah pengguna dan durasi penggunaan.
Sebagian di antara kita mungkin mengira bahwa popularitas
radio jauh menurun, tapi ternyata tidak demikian. Sebagian besar orang yang
berkendaraan pribadi, di saat lalulintas lancar, akan lebih memilih
mendengarkan radio dibanding membuka sosial media atau menonton televisi via
gagdgetnya. Ya, disaat sang mobil ajrut-ajrutan atau ajrut-ajrutan banget,
mendengarkan radio sungguh lebih nyaman dibanding membaca status di Facebook
atau menonton sepakbola di televisi via smartphone. Mendengarkan radio sambil
ngemil, hmmm!
Oh ya, ada lagi yang layak dimasukkan sebagai bagian dari
multimedia on air. Mereka adalah telpon dan sms. kalau messenger biarlah
menjadi bagian dari internet saja.
Off Air Event
Kebanyakan aktifitas manusia justru terjadi disaat off air
dan offline, terutama bagi mereka yang tergolong objek, bukan subjek. Para
pendengar radio, penonton televisi, dan peselancar internet adalah objek
sebagaimana yang dimaksud.
Sejumlah spanduk, selebaran, baliho, pamflet, panji-panji,
koran, majalah, tabloid, kartu undangan hingga stiker adalah bagian dari
multimedia pada off air event. Dan ini mengambil porsi paling besar dalam
keseharian bangsa Indonesia dalam bidang multimedia. Pencanangan seperti
paperless saja misalnya, yang mengatakan bahwa mengundang rapat via sms dan
email adalah sah dan beretika, sungguh belum bisa diterapkan sepenuhnya
terkecuali untuk segmen masyarakat yang sangat khusus.
Fenomena lain, meskipun digadang-gadangkan bahwa koran,
majalah, dan tabloid versi cetak akan tergeser secara hebat oleh adanya koran,
majalah, dan tabloid versi online tapi ternyata yang terjadi tidaklah demikian.
Beberapa mediamassa yang telah lebih dulu eksis via versi cetak justru memilih
versi online sebagai pelengkap versi cetak, bukan sebagai pengganti. Maka
akhirnya kita mengenal ada koran Kompas yang dilengkapi oleh Kompas Online,
kemudian Republika, Pikiran Rakyat, dan banyak mediamassa lainnya mengambil
cara yang sama.
Memang banyak mediamassa online yang cukup eksis pada saat
ini, tetapi eksistensi mereka adalah murni sebagai media online karena
sebelumnya tidak memiliki atau menerbitkan versi cetak. Media-media online
terus tumbuh menjamur, tetapi sekali lagi keberadaan mereka belum mampu
menggeser keberadaan media cetak secara signifikan. Dalam konteks ini maka
sungguh beruntunglah para pengusaha percetakan, penerbitan, agen, distributor,
serta penjaja koran/majalah/tabloid karena tetap laku. Mereka tetap memiliki
segmen pelanggan/pembeli yang setia.
Bagaimana dengan tradisi mengirim kartu lebaran yang
sekarang dapat dikatakan sudah punah? Itu jelas ekses dari, salah-satunya,
kehadiran SMS.
Demikianlah artikel dari Kontakmedia yang berjudul Definisi Atau Pengertian Multimedia Secara Umum, semoga bermanfaat. Dan terima kasih untuk Anda yang telah berkunjung ke blog ini.